Blogger is the most incredible Platform Where 500+ Million active users exists all Over the world.

Cara Mempercepat Download Dengan Internet Download Manager

Unknown | 5/20/2014 02:39:00 PM | Be the first to comment!


Internet Download Manager (IDM) adalah aplikasi yang memudahkan pengguna untuk mendownload. Software ini sangat berguna bagi pengguna yang sering mendownload. Tetapi kadang kecepatannya hanya biasa-biasa saja. Disini saya ingin memberikan tips mempercepat download dengan menggunakan internet download manager (IDM).

Cara yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Harus instal IDM terlebih dahulu kalau belum download disini
2. Buka IDM lalu klik menu download > options
3. Pilih menu connections > lalu di connections type ganti dengan High speed: Direct connection (Ethernet/Cable) / Wi-Fi / Mobile 4G / other dan default max. conn. number ganti 16, 24, atau 32 lalu OK
4. Lalu buka kembali menu download > speed limiter > settings dan maximum download speed ganti 999999999 dan OK

Demikian yang dapat saya postingkan semoga bermanfaat bagi pembaca. apabila ada kesalahan saya mohon maaf.


Read more...

Cara Mudah Mempercepat Mozilla Firefox agar Tidak Lemot

Unknown | 5/14/2014 12:11:00 PM | Be the first to comment!


Mozilla Firefox adalah salah satu web browser yang paling sering digunakan oleh para pengguna internet. Tetapi kadang firefox itu lemot sendiri sehingga membuat kita jengkel saat browsing kog alamat yang kita tuju tidak muncul-muncul. Seakan kita ingin membanting komputer tersebut, tetapi tenang saja. Disini saya akan memberi bantuan untuk mempercepat firefox ketika browsing, langsung saja ke TKP.
 
Cara Mudah Mempercepat Mozilla Firefox agar Tidak  Lemot
Mohon simak dan baca baik – baik, jangan sampai salah ketik, klik, ataupun input karena bisa menyebabkan error pada mozilla firefox kalian.
1.    Ketik dibrowser firefox kalian ‘about:config’ di kolom address bar dan tekan Enter. Nanti keluar alert klik OK
2.    Di kolom filter cari ini ‘network.http.pipelining’. Klik 2x agar berubah value menjadi ‘true’
3.    Kemudian cari lagi ‘network.http.pipelining.maxrequests’. Klik 2x dan rubah nilai menjadi 8
4.    Kemudian cari lagi ‘network.http.proxy.pipelining’. Rubah value menjadi ‘true’
5.    Kemudian cari lagi ‘network.dns.disableIPv6’ dan ubah juga value menjadi ‘true’
6. Pada halaman ‘about:config’ pilih opsi New dan klik Boolean. Tuliskan ‘content.interrupt.parsing’ pada kolom kemudian tekan OK. Pilih ‘true’ dan klik OK.
7. Tuliskan ‘content.max.tokenizing.time’ pada kolom dan tekan OK. Masukkan ‘2250000’ kemudian klik OK.
8.    Tuliskan ‘content.notify.interval’ pada kolom dan tekan OK. Masukkan ‘750000’ dan tekan OK.
9.    Klik kanan pada jendela ‘about:config’ sekali lagi. Pilih opsi New kemudian pilih opsi Boolean. Tulis ‘content.notify.ontimer’ pada kolom dan tekan OK. Pilih‘true’ dan tekan OK.
10.  Klik kanan pada jendela ‘about:config’ sekali lagi. Pilih opsiNew kemudian pilih opsi Integer. Tuliskan ‘content.notify.backoffcount’ pada kolom dan tekan OK. Masukkan ‘5’ dan tekan OK.
11.  Pilih opsi New kemudian pilih opsi Integer. Tuliskan ‘content.switch.threshold’ pada kolom dan tekan OK. Masukkan ‘750000’ dan tekan OK.
12.  Klik kanan pada jendela ‘about:config’ sekali lagi. Pilih opsiNew kemudian pilih opsi Integer. Tuliskan ‘nglayout.initialpaint.delay’ pada kolom dan tekan OK. Masukkan ‘0’ dan tekan OK.

Begitulah yang dapat saya postingkan, semoga bermanfaat.
Read more...

Perkembangan Intelegensi

Unknown | 5/14/2014 08:35:00 AM | Be the first to comment!




A.    DASAR TEORI

Perkembangan Intelegensi

Dalam pembahasan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau intelegensi mendapat banyak perhatian dikalangan psikolog. Hal ini adalah karena intelegensi telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui intelegensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang pandai atau cerdas (genius), sedang, atau bodoh (idiot).



Pengertian  Inteligensi

Intelegensi berarti kecerdasan. Intelegensi adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi abstrak, menalar serta bertindak secara efisien dan efektif. Intelegensi juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau produk yang dinilai di dalam satu atau lebih latar budaya. Pola intelegensi yang berbeda menyatukan perwakilan mental yang berfokus pada perbedaan individual. Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta kemampuan mengalahkan menguasai lingkungan secara efektif (Baharuddin, 2009).

Intelegensi di definisikan oleh para ahli secara umum dapat dimasukkan ke dalam salah satu tiga klasifikasi berikut :

1.      Kemempua menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru atau menghadapi situasi-situasi yang sangat beragam

2.      Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan

3.      Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep (Phares, 1988).[1]

Dalam mengartikan intelegensi ( kecerdasan ) ini,para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantara pengertian intelegensi itu adalah sebagai berikut.

1)      C.P. Chaplin (1975) mengartikan intelegensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan evektif.

2)      Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori –teori lama,intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu :

a)    Kemampuan untuk belajar

b)   Keseluruhan kemempuan untuk berdaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.

c)    Satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan ligkungan.

3)      Binet (Sumadi S., 1984) menyatakan bahwa sifat hakekat intelegensi itu ada tiga macam, yaitu :

a)    Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang, akan semakin cakaplah diamembuat tujuan sendiri, mempunyai inisiatifsendiri tidak menunggu perintah saja.

b)   Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

c)    Kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.

4)      Raymon Cattel dkk. (Kimble dkk., 1980) mengklasifikasikan intelegensi kedalam dua kategori, yaitu :

a)    Fluid Intelegence, yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.

b)   Crystallized inteligence, yaitu ketrampilan-ketrampilan atau kemampuan nalar yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.[2]



Pengukuran Inteligensi

Inteligensi pada setiap anak tidak sama. Untuk mengukur perbedaan-perbedaan kemampuan individu tersebut, para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes inteligensi. Dalam hal ini, Alfret Binet (1857-1911), seorang dokter dan psikolog perancis, dipandang secara luas sbagai orang yang paling berjasa dalam mempelopori pengembangan tes inteligensi ini.

Tes inteligensi yang dirancang Binet ini berangkat dari konsep usia mental ( Mental Age-MA) yang dikembangkannya. Binet menganggap anak-anak yang terbelakang secara mental akan bertingkah dan berkinerja seperti anak-anak normal yang berusia lebih muda. Ia mengembangkan norma-norma intelegensi dengan menguji 50 orang anak-anak dari usia 3 sampai 11 tahun yang tidak terbelakang secara mental. Perbedaan anatara usia mental (MA) dengan usia kronologis (CA)- usia sejak lahir- inilah yang digunakan sebagai ukuran inteligensi. Anak yang cerdas memiliki MA di atas CA, sedangkan anak yang bodoh memiliki MA di bawah CA.

William Sterm (1871-1938), seorang psikolog Jerman, kemudian menyempurnakan tes inteligensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah yang sangat populer hingga sekarang, yaitu Intelligence Quotient (IQ). IQ menggambarkan intelegensi sebagai rasio antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA), dengan rumus:[3]



IQ= x 100

























Tabel 6.1

Kasifikasi IQ



IQ
Klasifikasi
 Tingkat Sekolah
Di atas 139
120-139

110-119

90-109
80-89
70-79
Di bawah 70
Sangat Superior
Superior

Di atas rata-rata

Rata-rata
Di bawah rata-rata
Borderline
Terbelakang secara mental
Orang yang sangat pandai
Dapat menyelesaikan studi di universitas tanpa banyak kesulitan
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
Dapat menyelesaikan sekolah dasar
Dapat memepelajari sesuatu tapi lambat
Tidak bisa mengikuti pendidikan di sekolah



Teori-teori  inteligensi

1.        Charles Spearman (1863-1945)

Orang yang berjasa mengembangkan pendekatan analisis faktor (factor analysis) misalnya, ia percaya adanya suatu faktor intelegensi umum, atau faktor “G” yang mendasari faktor-faktor khusus atau faktor “S” dalam jumlah yang berbeda-beda. Orang dapat dikatakan secara umum pandai atau secara umum bodoh, tergantung pada jumlah faktor “G” yang dimilikinya. Intelegensi seseorang mencerminkan jumlah faktor “G” ditambah besaran bebrbagai faktor “S” yang dimiliki. Seseorang yang harus memecahkan soal aljabar misalnya, maka yang dibutuhkan ialah intelegensi umum orang tersebut dan pemahamannya akan berbagai rumus serta konsep aljabar itu sendiri. Menurut Spearman, orang yang cerdas mempunyai banyak sekali faktor umum, dan fsktor umum ini merupakan dasar dari semua perilaku cerdas manusia, mulai dari keunggulan di sekolah sampai pada kemampuan berlayar di laut (Myers, 1996).
Pandangan Spearman yang lebih menekankan pada intelegensi umum tersebut ditolak oleh Louis Thurstone (1887-1955), yang menekankan pada aspek yang terbagi-bagi dari intelegensi. Thurstone menganggap bahwa intelegensi dapat dibagi menjadi sejumlah kemampuan primer.

Menurut Thurstone, intelegensi umum yang dikemukakan oleh Spearman itu pada dasarnya terdiri dari 7 kemampuan primer yang dapat dibedakan dengan jelas serta dapat digali melalui tes intelegensi, yaitu :

a)      Pemahaman verbal (verbal comprehension), kemampuan memahami makna kata.

b)      Kefasihan menggunakan kata-kata (word fluency), kemampuan memikirkan kata secara tepat seperti penukaran huruf dalam kata, sehingga kata itu mempunyai pengertian lain atau memikirkan kata-kata yang bersajak.

c)      Kemampuan bilangan (numerical ability), kemampuan bekerja dengan angka dan melakukan perhitungan.

d)     Kemampuan ruang (spatial factor), kemampuan memvisualisasi hubungan bentuk ruang, seperti mengenal gambar yang sama yang disajikan dengan sudut pandang yang berbeda.

e)      Kemampuan mengingat (memory), kemampuan mengingat stimulus verbal.

f)       Kecepatan pengamatan (perceptual speed), kemampuan menangkap rincian visual secara cepat serta melihat persamaan dan perbedaan di antara obyek yang tergambar.

g)      Kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang disajikan seperti menentukan bentuk keseluruhan rangkaian setelah disajikan sebagian dari rangkaian tersebut.

2.        Psikolog Howard Gardner (1983)

Mendukung gagasan bahwa kita tidak mempunyai satu intelegensi tetapi malah memiliki banyak intelegensi (multiple intelligence) yang berbeda antara satu sama lain. Masing-masing intelegensi ini meliputi keterampilan-keterampilan kognitif yang unik dan bahwa masing-masing ditampilkan di dalam bentuk yang berlebihan pada orang-orang berbakat dan idiot (orang-orang yang secara mental terbelakang tetapi memiliki keterampilan yang sulit dipercaya dalam bidang tertentu seperti melukis, musik atau berhitung). Gardner juga mencatat bahwa kerusakan otak mungkin mengurangi satu jenis kemampuan tetapi tidak pada kemampuan lain. Gardner juga membagi intelegensi atas 7 aspek, yaitu :

1)      Logical Mathematical, kepekaan dan kemampuan mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan berpikir logis.

2)      Linguistic, kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.

3)      Musical, kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.

4)      Spatial, kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.

5)      Bodily Kinesthetic, kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani obyek-obyek secara terampil.

6)      Interpersonal, kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, temperamen dan motivasi orang lain.

7)      Intrapersonal, kemampuan memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan intelegensi sendiri.

3.        Robert J. Sternberg (1988)

Teori kontemporer tentang intelegensi berasal dari Robert J. Sternberg (1988), yang dikenal dengan “Triarchic Theory of Intelligence.” Teori ini merupakan perluasan dari pendekatan psikometrik dan menggabungkannya dengan ide-ide terbaru dari riset terhadap bagaimana pemikiran terjadi. Dalam hal ini, Sternberg menyatakan bahwa intelegensi memiliki tiga bidang, yang disebutkannya dengan Triarchic, yaitu :

1.      Intelegensi komponensial

Intelegensi komponensial berhubungan dengan komponen berpikir yang menyerupai unsur-unsur dasar dari model pemrosesan informasi. Komponen-komponen ini meliputi keterampilan atau kemampuan memperoleh, memelihara atau menyimpan dan mentransfer informasi, kemampuan merencanakan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah serta kemampuan menerjemahkan pemikiran-pemikiran sendiri dalam wujud performa.

2.      Intelegensi eksperiensial

Intelegensi eksperiensial difokuskan pada bagaimana pengalaman seseorang sebelum mempengaruhi intelegensi dan bagaimana pengalaman itu difokuskan pada pemecahan masalah dalam berbagai situasi.

3.      Intelegensi kontekstual

Intelegensi kontekstual difokuskan pada pertimbangan bagaimana orang bisa berhasil dalam menghadapi tuntutan lingkungannya sehari-hari, bagaimana ia keluar dari kesulitan atau bagaimana ia bergaul dengan orang lain. Intelegensi praktis atau kontekstual ini menurut Sternberg sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata yang memang tidak diajarkan di sekolah
Beberapa teori kontemporer tentang intelegensi lebih difokuskan pada intelegensi praktis (practical intelligence) – intelegensi yang dihubungkan dengan semua kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari dari Sternberg tersebut – dibandingkan pada prestasi akademis dan intelektual. Hal ini karena kesuksesan dalam hidup atau karir dibutuhkan suatu tipe intelegensi yang sangat berbeda dengan yang dibutuhkan dalam kesuksesan akademis dan kebanyakan psikolog percaya bahwa IQ tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesuksesan dalam berkarir. Orang yang tinggi dalam intelegensi praktisnya, lebih mampu mempelajari norma-norma dan prinsip-prinsip umum serta mengaplikasikannya secara tepat (Feldman, 1996).



B.     OBYEK PENGAMATAN

Nama               : Muhammad Yusuf Maulana

TTL                 : Kudus, 22 Februari 2002

Usia                 : 12 Tahun

Alamat                        : Jetis Padurenan Rt.03 Rw.04 Gebog Kudus

Pendidikan      : MI ISLAHUSSALAFIYAH

Hobi                : Makan

TTD                 :

                         .........................





C.    HASIL PENGAMATAN

Muhammad Yusuf Maulana biasanya dipanggil yusuf, dia anaknya baik, sopan dan rajin. Dia anak pertama dari pasangan Siti Asiyah dan Rifa’i Tamyiz, dan sekarang ini dia dihadapkan dengan yang namanya ujian akhir sekolah karna dia kelas enam MI.

Yusuf di sekolah anaknya cukup pandai karna dia masuk lima besar dalam peringkat di kelasnya.

Berikut adalah hasil dari observasi atau pengamatan yang kami lakukan sebagai berikut :

1.      Aspek Kecerdasan Intelektual

Dalam kecerdasan Yusuf cukup pandai karena dia cukup tanggap dalam menerima atau merespon balik dari setiap pelajaran yang diberikan gurunya kepada dia. Dia juga cukup mudah bergaul dengan sesama temannya karena dia cukup pandai disekolah, dan banyak dari teman-temannya itu meminta dia untuk ikut belajar bersama dengannya. Seperti dalam pelajaran Matematika dia pandai dalam pelajaran tersebut sebab dia suka dalam hal berhitung dan teman-temannya itu sering ikut belajar saat ada PR matematika dengan dia. Dan saat ada masalah yusuf itu cenderung tertutup tidak mau menceritakan kepada orang tuannya.

2.      Aspek Kecerdasan Emosional

Dalam hal kecerdasan emosional ini Yusuf masih tergolong manja terhadap orang tuannya, seperti ketika dia meminta sesuatu tidak dituruti maka dia akan marah. Dan ketika di ejek teman dia langsung emosi dan bahkan marah dengan temannya itu sendiri. Tetapi seperti anak kecil lainnya setelah marah akhirnya pun akan baikan kembali.

Jadi berdasarkan penelitian yang kami teliti yusuf itu memiliki kecerdasan yang cukup baik tetapi karena mungkin masih kecil dia sering manja terhadap orang tuannya.








D.    REFERENSI

     Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

     Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,  2009.




[1] Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Hal. 163
[2] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Hal. 106
[3] Op.cit, Psikologi Perkembangan, Hal. 164-165
Read more...